Nabi
Muhammad SAW baru saja kembali dari perjalanan Isra' Mi'raj, orang yang
ditemui pertama kali oleh Nabi saw adalah Ummu Hani' (panggilan Hindun
binti Abu Thalib), sepupu beliau.
Nabi Muhammad saw bercerita
tentang pengalamannya selama isra' mi'raj, Ummu Hani mendengarkan dengan
seksama. Meskipun cerita-cerita yang didengarnya sama sekali di luar
logika, Ummu Hani' tetap berkata, "Aku percaya akan ceritamu wahai
Muhammad. Tapi setelah ini, apa yang hendak kau lakukan?"
"Aku akan menceritakan pada Abu Jahal dan pada semua penduduk Mekah", jawab Nabi Muhammad saw.
“Wahai Nabi Allah jangan ceritakan peristiwa ini kepada manusia, sebab
nanti mereka mendustakanmu dan menyakitimu”. Kata Ummu Hani'. Nabi saw
bersabda’ “Demi Allah aku pasti menceritakan peristiwa ini kepada
mereka.
Pada waktu itu, datanglah Abu Jahal, lantas bertanya: "Apakah kamu ingin memberitakan sesuatu?"
"Ya," jawab Nabi Muhammad.
"Apakah itu?" tanya Abu Jahal lagi.
Nabi Muhammad menjawab: "Aku telah diperjalankan pada malam tadi ke Baitulmaqdis.
"Apa? Kamu diperjalankan ke Baitulmaqdis dalam tempo satu malam? Apakah engkau mau aku kabarkan berita ini kepada kaummu?"
"Bahkan aku akan kabarkan apa yang aku kabarkan kepadamu ini."
Abu Jahal pun menyeru dengan suara lantang: "Wahai Bani Kaab dan Bani Lua', berhimpunlah kamu semua kepadaku."
Setelah
berkumpul semua orang, berkatalah Abu Jahal kepada Nabi Muhammad :
"Kabarkanlah kepada kaummu seperti yang engkau kabarkan kepadaku, wahai
Muhammad."
Nabi Muhammad kemudian menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj itu ke penduduk Mekah.
Berkatalah Rasulullah : "Bahawasanya aku telah diperjalankan pada malam tadi."
"Ke mana?" tanya kaumnya.
"Ke Baitulmaqdis," jawab Nabi Muhammad
"Apa! Kamu melakukan perjalanan dalam waktu yang sesingkat itu?" tanya mereka lagi.
"Ya," jawab Nabi Muhammad
Orang-orang
Quraisy kemudian menanyakan tentang bagaimana Baitul maqdis itu secara
terperinci. Orang-orang Quraisy sibuk bertanya tentang perjalanan Nabi
dalam peristiwa israk itu. Mereka bertanya berbagai perkara mengenai
Baitulmuqaddis yang kurang jelas pada ingatan Nabi. Hal itu menyulitkan
Nabi karena dengan perjalanan yang secepat itu tentunya sulit untuk
merinci tentang Baitul Maqdis. Nabi Muhammad kemudian berdiri di Hijr
Ismail. Allah kemudian memperlihatkan kepada beliau dari jauh sehingga
Nabi mampu melihatnya. Kemudian beliau memberitahukan kepada mereka
tentang tiang-tiangnya dari apa yang dilihatnya itu. Walau bagaimana
sekalipun bentuk pertanyaan yang diajukan kepadanya, Nabi tetap dapat
menceritakan kepada mereka
Walaupun nabi sudah bercerita demikian
tetapi mereka masih tidak mempercayai dengan perjalanan ke Baitul Maqdis
yang secepat itu. Hal tersebut kemudian menimbulkan kesangsian juga
pada beberapa orang pengikutnya. Tidak sedikit mereka yang sudah
Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal
ini lalu mendatangi Abu Bakr dan keterangan yang diberikan Muhammad itu
dijadikan bahan pembicaraan.
"Kalian berdusta," kata Abu Bakr.
"Sungguh," kata mereka. "Dia di mesjid sedang berbicara dengan banyak orang."
"Dan
kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakr lagi, "tentu dia
bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita
dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku
percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan."
Abu Bakar
kemudian menemui Nabi Muhammad dan langsung bertanya ;" Ya Rosulullah
benarkah anda mengatakan kepada orang banyak , bahwa anda datang dari
Baitul Maqdis semalam ?"
Beliau menjawab ;"Ya benar !". " Ya
Rosulullah, cobalah sebutkan kepadaku bagaimana Baitul Maqdis itu, aku
sudah pernah pergi ke sana ", kata Abu Bakar, Seketika itu gambaran
Baitul Maqdis tampak jelas di depan mata Nabi s.a.w, hingga beliau dapat
menyebutkan bagian-bagian dari bangunan masjid tersebut.
"Anda
sungguh tidak berdusta ya Rosulullah ! Aku bersaksi anda benar-benar
utusan Allah!"Tiap Abu Bakar mendengar bagian-bagian Baitul Maqdis
disebut ia mengucapkan berulang-ulang kepada Nabi Muhammad : Anda
benar...anda benar...". Sejak itu Abu Bakar diberi gelar dengan
"AshShiddiq" yang berarti amat membenarkan.
Walaupun demikian
banyak dari mereka masih kurang percaya , sehingga mereka masih meminta
bukti dari Rosulullah, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Ummu
Hani binti Abu Thalib. Beliau, Rosulullah s.a.w. berkata :
" Tadi malam aku melewati kafilah Bani Fulan di sebuah lembah.
Binatang
yang kutunggangi mengejutkan mereka sehingga ada seekor di antara unta
mereka melesat jauh ketika itu aku sedang menuju Syam.
Sampai di
Dhajran dan aku melewati satu kafilah lagi dan aku minum ketika mereka
sedang tidur nyenyak. Sekarang mereka berada di tikungan jalan Ta'nim.
Yang paling depan unta coklat tua dan berponok dua , hitam dan ada yang belang-belang.
Lalu mereka beramai-ramai ke jalan tikungan Ta'nim, dan ternyata kafilah tersebut baru tiba dengan unta yang disebutkan beliau.
Dan
mereka bertanya tentang kejadian semalam, ternyata sama persis seperti
apa yang diceritakan Nabi Muhammad s.a.w. Rasul Allah.
Nama-nama yang berhubungan dengan Isra’ Mi’raj
a. Malaikat
Malaikat
berasal dari kata malakah yang berarti "mengutus" atau
"perutusan/risalah". Allah swt. menciptakan malaikat dari nur (cahaya),
sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam a.s. dari tanah liat, juga
sebagaimana menciptakan jin dari api. Allah Taala menciptakan malaikat
lebih dahulu daripada manusia. Tabiat malaikat ialah secara sempurna
berbakti kepada Allah, tunduk dan patuh pada kekuasaan dan
keagungan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan mereka pun ikut
mengatur alam semesta menurut kehendak dan iradah Allah Taala.
Allah
Taala menciptakan malaikat berupa makhluk yang bersayap dan di
antaranya ada yang bersayap dua buah, tiga buah, empat buah dan ada pula
yang lebih dari itu. Semua ini menunjukkan nilai dan perbedaan pangkat
di sisi Allah Taala, juga tentang kekuasaannya cepat atau lambatnya
dalam berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Sesuai Firman Allah dalam Al Qur’an:
Segenap
puji bagi Allah, Maha Pencipta langit dan bumi, yang membuat malaikat
sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap-sayap, ada yang dua, tiga
atau empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Fathir:1).
Beberapa
malaikat yang pernah diceritakan diantaranya yaitu: Jibril bertugas
membawa wahyu kepada para Nabi dan Rasul, Izrail bertugas sebagai
pencabut nyawa, Mungkar dan Nakir selaku dua malaikat yang melakukan
menanyakan di dalam kubur, Israfil berfungsi sebagai peniup sangkakala
pada hari kiamat, Mikail bertugas memberikan hujan dan pengatur rezeki,
Raqib dan 'Atid selaku dua malaikat pencatat amal manusia, Ridwan
sebagai penjaga syurga, Malik sebagai penjaga neraka dan Hamalatul 'Arsy
sebagai malaikat yang membawa 'Arsy Tuhan di hari kiamat.
Malaikat
Jibril merupakan malaikat yang mengantar Nabi Muhammad Saw. dalam
perjalanan Isra’ Mi’raj. Nabi dapat melihat bentuk asli Jibril hanya dua
kali saja yaitu ketika menerima wahyu pertama dan ketika di Sidratul
Muntaha waktu mi’raj. Bentuk Malaikat Jibril digambarkan memiliki 600
sayap yang menutup ufuk dan tubuhnya sangat besar terlihat seperti
memenuhi antara bumi dan langit. Malaikat Jibril juga disebut sebagai
Ruh suci atau ruh kudus.
Manusia pada umumnya tidak dapat melihat
malaikat. Tetapi malaikat dalam beberapa peristiwa dapat menyerupai
manusia sehingga manusia dapat melihat malaikat yang menyerupai manusia
itu.
b. Buraq
Buraq itu
adalah binatang yang putih, panjang, lebih besar dari keledai tetapi
lebih kecil dari baghal. Buraq ini dapat meloncat sejauh batas
pandangannya; kedua telinganya selalu bergerak. Jika menaiki gunung
kedua kaki belakangnya memanjang dan jika menuruni jurang kedua kaki
depannya memanjang. Dia mempunyai dua sayap pada kedua pahanya yang
dapat membantu dan memperkuat kecepatannya. Buraq mempunyai empat kaki.
Satu langkah ke satu langkah kakinya adalah seumpama sekelip mata
memandang. Ada orang yang berusaha menyesatkan dengan menyebutkan bahwa
buroq berkepala seorang wanita padahal tidak pernah ada hadis yang
menyatakan hal tersebut.
Nabi-nabi sebelumnya juga pernah menaiki
buraq. Sa'id bin Musayyab dan lainnya berkata bahwa buraq adalah
kendaraan Nabi Ibrahim yang beliau naiki dari negerinya menuju Baitul
Haram. Nabi Muhammad juga akan menungangi Buroq ketika pada hari
kebangkitan nanti.
c. Masyithah
Ketika
dalam perjalanan ke Baitul Maqdis Nabi mencium bau harum. Ternyata bau
harum itu adalah bau Masyithah beserta suami dan kedua anaknya yang
dibunuh oleh raja Fir'aun dari Mesir yang mengaku sebagai Tuhan, karena
mempertahankan imannya dan mengingkari ketuhanan Fir'aun..
Masyithah
adalah tukang menata rambut dari anak perempuan Fir'aun. Pada suatu
hari, ketika Masyithah sedang menyisir rambut anak perempuan raja
Fir'aun, sisirnya jatuh dan Masyithah mengucapkan:
Dengan nama Allah, rugi si Fir'aun.
Mendengar ucapan Masyithah tersebut, maka terjadilah dialog antara anak perempuan
Fir'aun dengan Masyithah sebagai berikut:
Anak Fir'aun: "Apakah engkau mempunyai Tuhan selain ayahku ?"
Masyithah: "Ya!"
Anak Fir'aun: "Apakah engkau berani pernyataanmu ini saya beritahukan kepada ayahku?"
Masyithah: "Berani!"
Setelah
anak Fir'aun memberitahukan kepada ayahnya tentang pernyataan
Masyithah, maka Masyithah pun dipanggil oleh Fir'aun, lalu terjadi
dialog sebagai berikut:
Fir'aun: "Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku ?".
Masyithah: "Ya, Tuhanku dan Tuhan tuan adalah Allah !".
Mendengar
jawaban tersebut Fir'aun pun menyuruh agar suami dan kedua anak
Masyithah dihadapkan kepadanya. Setelah mereka menghadap, Fir'aun
membujuk Masyithah beserta suaminya agar keduanya meninggalakan agamanya
(agama tauhid) dan mengakui Fir'aun sebagai Tuhan. Setelah bujuk rayu
Fir'aun ditolak oleh keduanya, maka Fir'aun berkata kepada keduanya:
"Jika kalian berdua menolak permintaanku, maka aku akan membunuh kalian berdua beserta anak-anak kalian!".
Masyithah
menjawab: "Terserah, mana tindakan yang baik menurut tuan terhadap
kami. Dan jika tuan membunuh kami, kami minta agar kami sekeluarga
dikubur dalam satu rumah!".
Fir'aun berkata: "Baik, permintaanmu akan
kami kabulkan!" Kemudian Fir'aun memerintahkan untuk menyiapkan sebuah
wajan besar penuh dengan minyak. Setelah wajan tersebut dipanaskan dan
medidih, anak Masyithah yang besar dimasukkan lebih dahulu, sedang
Masyithah beserta suaminya dan anaknya yang masih berumur tujuh bulan
disuruh menyaksikan, dengan harapan agar Masyithah berubah pendiriannya.
Kemudian suami Masyithah mendapat giliran yang kedua. Setelah giliran
sampai pada Masyithah dan anaknya yang masih menetek, tiba-tiba anak
Masyithah yang masih menetek berkata dengan fasih kepada ibunya:
"Janganlah ibu ragu-ragu untuk mati membela kebenaran; masuklah ke dalam
wajan!". Kemudian Masyithahpun dilemparkan ke dalam wajan tersebut
beserta anaknya
0 Response to "Kisah setelah Isra' Mi'roj"
Posting Komentar