Karomah Habib Umar Bin Hafidz

Pertanyaan:

Apa yang disebut dengan Karomah mohon penjelasan..??

Jawab:
Mari kita simak

Karomah adalah: Kejadian luar biasa yang Allah tampakkan kepada para wali-Nya selain para nabi. Meskipun sama-sama kejadian luar biasa, namun karomah bukan mu’jizat. Sebab mu’jizat hanya terjadi pada Nabi dan Rasul, sedangkan karomah hanya terjadi pada orang saleh yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu tingkat karomah tidak sama dengan mu’jizat.



Karomah Habib Umar Bin Hafidz. Tamu berdatangan begitu banyak tak seperti hari biasanya. Hal ini membuat juru masak Rubath Darul Musthafa tampak kebingungan.
Dengan tenangnya Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Rubath, masuk ke dalam ruang dapur. Dengan sedikit menabur dan mengadukkan sesuatu ke dalam masakan dan mendoakannya (lihat pada foto), akhirnya beliau kembali ke ruang tamu untuk menyambut datangnya para tamu.
Subhanallah, makanan yang sedikit itu tak kunjung habis hingga semua tamu menerima bagiannya masing-masing.

Related Posts:

    Biografi Imam Hafs

    Pertanyaan:

    Tolong  Jelaskan biografi Imam Hafsh...katanya kita ini Madzhab Qiroah bacaanya Imam Hafsh apakah benar begitu ????
    Jawab:
    Benar,.... kita di Indonesia Mazhab Qiro'ahnya Imam Hafsh...berikut Penjelasanya, mari kita simak.

    Hasil gambar untuk foto Imam HafshImam Hafsh perawi utama Imam ‘Ashim. Riwayat Hidup Imam Hafsh. Namanya Hafsh bin Sulaiman bin al-Mughirah, Abu Umar bin Abi Dawud al-Asadi al-Kufi al-Ghadliri al-Bazzaz. Beliau lahir pada tahun 90 H. Pada masa mudanya beliau belajar langsung kepada Imam ‘Ashim yang juga menjadi bapak tirinya sendiri. Hafsh tidak cukup mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali tapi dia mengkhatamkan Al-Qur’an hingga beberapa kali, sehingga Hafsh sangat mahir dengan Qira’at ‘Ashim.
    Sangatlah beralasan jika Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa : “riwayat yang sahih dari Imam ‘Ashim adalah riwayatnya Hafsh”. Abu Hasyim ar-Rifa’I juga mengatakan bahwa Hafsh adalah orang yang paling mengetahui bacaan Imam ‘Ashim. Imam adz-Dzahabi memberikan penilaian yang sama bahwa dalam penguasaan materi Qira’at, Hafsh adalah merupakan seorang yang tsiqah (terpercaya) dan tsabt (mantap).

    Sebenarnya Imam ‘Ashim juga mempunyai murid-murid kenamaan lainnya, salah satu dari mereka yang akhirnya menjadi perawi yang masyhur adalah Syu’bah Abu bakar bin al-‘Ayyasy. Hanya saja para ulama lebih banyak mengunggulkan Hafsh daripada Syu’bah. Imam Ibn al-Jazari dalam kitabnya “Ghayah an-Nihayah fi Thabaqat al-Qurra’ ” tidak menyebutkan guru-guru Hafsh kecuali Imam ‘Ashim saja. Sementara murid-murid beliau tidak terhitung banyaknya, mengingat beliau mengajarkan Al-Qur’an dalam rentang waktu yang demikian lama. Di antara murid-murid Hafsh adalah : Husein bin Muhammad al-Murudzi, Hamzah bin Qasim al-Ahwal, Sulaiman bin Dawud az-Zahrani, Hamd bin Abi Utsman ad-Daqqaq, al-‘Abbas bin al-Fadl ash-Shaffar, Abdurrahman bin Muhamad bin Waqid, Muhammad bin al-fadl Zarqan, ‘Amr bin ash-Shabbah, Ubaid bin ash-Shabbah, Hubairah bin Muhammad at-Tammar, Abu Syu’aib al-Qawwas, al-Fadl bin Yahya bin Syahi, al-Husain bin Ali al-Ju’fi, Ahmad bin Jubair al-Inthaqi dan lain-lain.

    Hafsh memang seorang yang menghabiskan umurnya untuk berkhidmah kepada Al-Qur’an. Setelah puas menimba ilmu Qira’at kepada Imam ‘Ashim, beliau berkelana ke beberapa negeri antara lain Baghdad yang merupakan Ibukota negara pada saat itu. Kemudian dilanjutkan pergi menuju ke Mekah. Pada kedua tempat tersebut, Hafsh mendarma baktikan ilmunya dengan mengajarkan ilmu Qira’at khususnya riwayat ‘Ashim kepada penduduk kedua negeri tersebut.

    Sanad Bacaan Hafsh , Sanad ( runtutan periwayatan) Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim berujung kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sementara bacaan Syu’bah bermuara kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud. Hal tersebut dikemukakan sendiri oleh Hafsh ketika beliau mengemukakan kepada Imam ‘Ashim, kenapa bacaan Syu’bah banyak berbeda dengan bacaannya..? padahal keduanya berguru kepada Imam yang sama yaitu ‘Ashim. Lalu ‘Ashim menceritakan tentang runtutan sanad kedua rawi tersebut. Runtutan riwayat Hafsh adalah demikian: Hafsh - ‘Ashim - Abu Abdurrahman as-Sulami- Ali bin Abi Thalib. Sementara runtutan periwayatan Syu’bah adalah demikian: Syu’bah- Ashim- Zirr bin Hubaisy-Abdullah bin Mas’ud.

    Secara garis besar bisa penulis rangkum sebagai berikut :
    1.Jika dilihat dari segi materi ilmiah, maka riwayat Hafsh adalah riwayat yang relatif mudah dibaca bagi orang yang non Arab mengingat beberapa hal :

    Pertama : tidak banyak bacaan Imalah, kecuali pada kata : (مجراها ) pada surah Hud. Hal ini berbeda dengan bacaan Syu’bah, Hamzah, al-Kisa’i, Abu ‘Amr dan Warsy yang banyak membaca Imalah.

    Kedua : tidak ada bacaan Shilah Mim Jama’ sebagaimana apa yang kita lihat pada bacaan Qalun dan Warsy. Bacaan Shilah membutuhkan kecermatan bagi pembaca, mengingat bacaan ini tidak ada tanda tertulisnya.

    Ketiga : Dalam membaca Mad Muttashil dan Munfashil, bacaan riwayat Hafsh terutama thariq Syathibiyyah tidak terlalu panjang sebagaimana bacaan Warsy dan Hamzah yang membutuhkan nafas yang panjang. Bahkan dalam thariq Thayyibah, yaitu yang melalui jalur ‘Amr bin ash-Shabbah thariq Zar’an dan al-Fil bacaan Hafsh dalam Mad Munfashil bisa Qashr (2 harakat).

    Keempat : dalam membaca Hamzah baik yang bertemu dalam satu kalimah atau pada dua kalimah, baik berharakat atau sukun, riwayat Hafsh cenderung membaca tahqiq yaitu membaca dengan tegas (syiddah) dengan tekanan suara dan nafas yang kuat, sehingga terkesan kasar. Hal ini berbeda dengan bacaan Nafi’ melalui riwayat Warsy, Qalun. Bacaan Abu ‘Amr melalui riwayat ad-Duri dan as-Susi. Bacaan Ibn Katsir melalui riwayat al-Bazzi dan Qunbul yang banyak merubah bacaan Hamzah menjadi bacaan yang lunak. Contohnya adalah pada Hamzah sakinah atau jika ada dua Hamzah bertemu dalam satu kalimah atau dua kalimah. Imam Hafsh mempunyai bacaan tashil baina baina hanya pada satu tempat saja yaitu pada kalimat : ( ءأعجمى ) pada surah Fushshilat : 44.

    Kelima : Hafsh mempunyai bacaan Isymam hanya pada satu tempat yaitu pada kata : ( لا تأمنا ) sebagaimana juga bacaan imam lainnya selain Abu Ja’far.

    Keenam: Hafsh mempunyai bacaan Mad Shilah Qashirah hanya pada kalimat : ويخلد فيه مهانا ) ) pada surah al-Furqan: 69. Hal ini berbeda dengan bacaan Ibn Katsir yang banyak membaca Shilah Ha’ Kinayah.

    2.Jika dilihat dari awal kemunculan bacaan ‘Ashim yaitu di Kufah atau Iraq, secara politis, negeri Kufah (Iraq) adalah negerinya pengikut Ali (Syi’ah). Bacaan Hafsh juga bermuara kepada sahabat Ali. Kemudian Negeri Baghdad, dimana Hafsh pernah mengajar disini, adalah Ibukota negara (Abbasiyyah) pada masa itu, pusat kegiatan ilmiah, sehingga penyebarannya relatif lebih mudah. Jika kemudian Hafsh bermukim di Mekah kiblat kaum Muslimin yang banyak dihuni mukimin dari berbagai penjuru dunia dan mengajar Al-Qur’an di sini, maka bisa dibayangkan pengaruh bacaannya. Penulis juga melihat adanya hubungan yang cukup signifikan antara madzhab fikih dan Qira’at

    Sebagai contoh: riwayat Warsy adalah riwayat yang banyak diikuti oleh masyarakat di Afrika Utara. Di sana madzhab fikih yang banyak dianut adalah madzhab Maliki. Masa hidup Imam Malik adalah sama dengan masa hidup Imam Nafi’. Keduanya di Madinah. Bisa jadi pada saat masyarakat Afrika Utara berkunjung ke Madinah untuk haji atau lainnya, mereka belajar fikih kepada Imam Malik dan belajar Qira’atnya kepada Imam Nafi’. Kita tahu bahwa Hafsh pernah bermukim dan mengajar Al-Qur’an di Mekah. Imam Syafi’i juga hidup di Mekah. Boleh jadi pada saat hidupnya kedua Imam tersebut kaum Muslimin memilih madzhab kedua Imam tersebut. Kemudian jika kita melihat sanad bacaan riwayat Hafsh pada guru-guru dari Indonesia, semisal sanad Kiai Munawwir Krapyak, akan kita jumpai banyak ulama madzhab Syafi’i pada sanad tersebut, seperti Zakariyya al-Anshari dan lain sebagainya.

    3.Hafsh mempunyai jam mengajar yang demikian lama, sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Jazari sehingga murid-muridnya bertebaran di berbagai tempat. Hal ini berbeda dengan Syu’bah yang tidak begitu lama mengajar.

    4.Hafsh dianggap sebagai perawi Imam ‘Ashim yang demikian piawai dan menguasai terhadap bacaan gurunya. Sebagaimana diketahui Hafsh adalah murid yang sangat setia pada ‘Ashim. Mengulang bacaan berkali-kali, dan menyebarkan bacaan ‘Ashim di beberapa negeri dalam rentang waktu yang demikian lama. Makki al-Qaisi menyebutkan bahwa ‘Ashim mempunyai kefashihan membaca yang tinggi, validitas sanadnya juga sangat kuat dan para perawinya juga tsiqah (sangat dipercaya).

    5.Ghanim Qadduri al-Hamd menyebutkan bahwa mushaf pertama yang di cetak di Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M/1106 H, diharakati dengan bacaan Hafsh yang ada di perpustakaan-perpustakaan di beberapa negeri Islam. Hal ini mempunyai banyak pengaruh pada masyarakat, dimana mereka menginginkan adanya mushaf yang sudah dicetak. Para penerbit mushaf di Hamburg sudah tentu melihat terlebih dahulu kecenderungan masyarakat Islam pada saat itu. Bahkan Blacher, seorang orientalis yang cukup terkemuka dalam bidang studi Al-Qur’an pernah mengatakan : ( ان الجماعة الاسلامية لن تعترف فى المستقبل الا بقراءة حفص عن عاصم ) artinya : kaum Muslimin pada masa yang akan datang tidak akan menggunakan bacaan Al-Qur’an kecuali dengan riwayat Hafsh dari ‘Ashim. Pernyataan Blacher yang pasti didahului oleh pengamatan yang seksama, jelas menggambarkan kecenderungan masyarakat di dunia Islam pada saat itu dan pada masa yang akan datang sehingga dia bisa memastikan hal tersebut.

    6.Ghanim Qadduri juga menyebutkan dengan melansir dari kitab “Tarikh Al-Qur’an” karya Muhammad Thahir Kurdi, bahwa penulis mushaf yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Turki Usmani, adalah al-Hafizh Usman (w. 1110 H). Penulis ini sepanjang hidupnya telah menulis mushaf dengan tangannya sendiri, sebanyak 25 mushaf. Dari mushaf yang diterbitkan inilah riwayat Hafsh menyebar ke seantero negeri. Penulis melihat bagaimana hubungan antara keahlian menulis mushaf dengan khat yang indah bisa menjadi unsur yang cukup signifikan dalam penyebaran satu riwayat. Jika kemudian pemerintah Turki Usmani mencetak mushaf sendiri, dan menyebarkannya ke seantero negeri kekuasaannya, maka hal itu akan menambah pesatnya riwayat Hafsh. Dari sini penulis melihat adanya hubungan antara kekuasaan politik dengan penyebaran satu ideologi tertentu.

    7.Peranan para qari’, guru, imam salat, dan radio, kaset, televisi, juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran riwayat Hafsh. Kita tahu bahwa rekaman suara pertama di dunia Islam adalah suaranya Mahmud Khalil al-Hushari atas inisiatif dari Labib Sa’id sebagaimana diceritakannya sendiri pada kitabnya “ al-Mushaf al-Murattal atau al-Jam’ash Shauti al-Awwal” rekaman ini dengan riwayat Hafsh thariq asy-Syathibiyyah. Suara yang bagus melalui teknologi yang canggih ikut memengaruhi satu bacaan.

    8.Lebih dari penyebab lahiriah dari penyebaran riwayat Hafsh, kita tidak boleh melupakan adanya penyebab “maknawiyyah” atau faktor “berkah” atau bisa kita katakan faktor “x” pada diri Hafsh. Unsur-unsur spiritual seperti kesalehan, keikhlasan, ketekunan, pengorbanan Hafsh dalam mengabdi kepada Al-Qur’an ikut menjadi penyebab tersebarnya satu riwayat bahkan madzhab fikih atau lainnya. Penutup. Riwayat Hafsh telah menjadi femomena tersendiri dalam penyebaran satu riwayat dalam Qira’at.

    Dalam Ilmu Qira’at ada sepuluh Imam Qira’at yang sangat masyhur, bacaan mereka disepakati oleh Ulama Qira’at sebagai bacaan yang mutawatir, artinya bacaan yang betul-betul asli berasal dari nabi Muhammad dari malaikat Jibril dari Allah. Sepuluh Imam Qira’aat tersebut ialah : 1. Nafi’ bin Abi Nu’aim al-Ashbihani. 2. Ibn Katsir, Abdullah bin Katsir al-Makki. 3. Abu ‘Amr , Zaban bin al-‘Ala’. 4. Ibn ‘Amir Abdullah bin ‘Amir as-Syami. 5. ’Ashim bin Abi an-Najud. 6. Hamzah bin Habib az-Zayyat. 7. Kisa’I, Ali bin Hamzah. 8. Abu Ja’far, Yazid bin al-Qa’qa’. 9. Ya’qub al-Hadlrami dan 10. Khalaf al-bazzar (al-Bazzaz).

    Setiap Imam tersebut mempunyai banyak murid. Di antara mereka ada murid kenamaan yang sangat mahir meriwayatkan bacaan Al-Qur’an dari imam-imam mereka atau murid-muridnya. Dalam perjalanan waktu, dan karena seleksi ilmiah dan alamiah, muncul nama-nama yang akhirnya dijadikan sebagai referensi yang sangat valid dan sangat dipercaya sebagai bacaan yang merefleksikan bacaan Imam-Imam qira’at sebagaimana di atas. Mereka yang disebut sebagai para perawi dari Imam-Imam sepuluh adalah : 1. Nafi’ kedua perawinya : Qalun dan Warsy. 2. Ibn Katsir : al-Bazzi dan Qunbul. 3. Abu ‘Amr : ad-Duri dan as-Susi. 4. Ibn ‘Amir : Hisyam dan Ibn Dzakwan. 5. ‘Ashim: Syu’bah dan Hafsh. 6. Hamzah : Khalaf dan Khallad. 7. Al-Kisa’I : Abu al-Harits dan ad-Duri al-Kisa’i. 8. Abu Ja’far : Ibn Jammaz dan Ibn Wardan. 9. Ya’qub : Rauh dan Ruwais. 10. Khalaf : Ishaq dan Idris

    Sehingga lah ilmu Qiraat ini berkembang sampai kehari ini.Pada hari ini kebanyakan umat Islam menggunakan bacaan alQuran mengikut riwayat Hafs . Ini menunjukkan terdapat keistemewaan dalam riwayat ini berbanding dengan riwayat-riwayat lain . Antara keistemewaan riwayat ini ialah:
    1. Sanad Imam Hafs bersambung dengan gurunya sehingga kepada Rasulullah s.a.w.
    2. Perawi- perawi sanad Imam Hafs adalah di kalangan ulama yang muktabar dan dihormati pada zaman mereka.

    3. Khilaf yang terdapat pada bacaan Imam Hafs adalah sedikit jika dibandingkan dengan riwayat-riwayat lain seperti terdapat hanya satu malah, satuTashil, satu al-Raum atau al-Isymam,empat tempat Saktah dan lain-lain
    Mengikut riwayat yang sahih beliau lahir pada tahun 90H dan meninggal pada tahun 180H.

    Related Posts:

      Kelebihan Nu dibandingkan Ormas yang Lain.

      Pertanyaan:
      Hasil gambar untuk foto logo nuApa sihh landasan Ilmu Islam dari NU Ormas terbesar di Indonesia ini? mohon jawaban karena Ormas ini sangat kuat walau diserang oleh orang Islam Radikal tetapi kok masih tetap kuat (tahan banting)

      Jawab:
      Ini Rahasianya Silahkan disimak.....
      NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik.

      Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi/ Tauhid/ketuhanan. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.


      Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU..Dari uraian singkat ini semoga bermanfaat.,wallahu a'lam..

      Related Posts:

        Allah Ada Dimana-Mana Tanpa Batas dan Tempat

        Karena Allah ada di mana-mana, tidak hanya di langit. Sebagai satu-satunya zat yang absolut, Allah meliputi jagad raya, manusia dan tempat, surga dan di manapun. Dan Allah nyata di jagad raya. Menurut hadis, Nabi kita, Muhammad SAW mengatakan bahwa seseorang yang mengatakan bahwa Allah ada di langit mengatakan yang sesungguhnya. Tapi pernyataan itu tidak menyebabkan konflik dengan fakta bahwa Allah ada di mana-mana. Karena jika seseorang berada di suatu tempat bersama Anda di Bumi, mengangkat tangannya dan berdoa kepada Allah dan berpikir bahwa Allah ada di langit, sementara seseorang yang berada di Kutub Selatan melakukan hal yang sama, sementara seseorang di Kutub Utara mengangkat tangannya dan seseorang lainnya di Jepang, atau Amerika atau Ekuador mengangkat tangan ke langit dengan cara yang sama dan menghadap Allah, maka tidak mungkin berbicara tentang sebuah arah tertentu.

         Dengan cara yang sama, jika jin, malaikat dan setan berada di tempat-tempat berbeda di luar angkasa dan jagad raya juga berdoa menghadap langit, maka tidak mungkin membicarakan sebuah arah tertentu dan situasinya adalah meliputi seluruh jagad raya.

        Kita juga harus ingat bahwa Allah terbebas dari ruang dan waktu. Allah sendiri adalah sesuatu yang berbeda. Tapi perwujudan dari Allah ada di mana-mana. Jika seseorang memasuki sebuah ruangan dan mengatakan Allah tidak ada di sana, dia mengingkari Allah. Perwujudan Allah ada di ruangan itu dan di manapun. Di manapun Anda berada, perwujudan Allah ada di sana. Beberapa ayat Alqur’an mengatakan bahwa Allah meliputi seluruh tempat, bahwa Allah lebih dekat dari urat leher kita, dan kita akan melihat wajah-Nya kemanapun kita menatap. Misalnya, di surat Al Baqarah ayat 255, Allah mengatakan : “Milik-Nya apa yang ada di langit dan di bumi.” Surat Hud, ayat 92 : “Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan” yang berarti Allah juga meliputi apa yang manusia lakukan.

        Kebenaran yang ada di Alqur’an jelas sekali : Allah tidak hanya berada di langit. Allah adalah Dia yang meliputi dan ada di seluruh tempat. Pengetahuan ini ada di dalam Alqur’an untuk kita ketahui. Menjelaskan kenyataan rahasia di balik materi  memungkinkan manusia mengerti lebih baik tentang ayat-ayat tersebut. Orang-orang yang menyadari bahwa materi bukanlah kehidupan absolut akan sadar bahwa Allah ada di manapun dan kapanpun, bahwa Allah melihat dan mendengar mereka setiap saat, bahwa Allah menyaksikan semuanya dan lebih dekat dari urat leher mereka, dan Allah mendengar doa dari orang yang berdoa.

        Beberapa ayat Alqur’an berkenaan dengan subyek tersebut.
        Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha Luas, Maha Mengetahui. (Surat Al-Baqarah, 115)

        Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar. (Surat Al-Baqarah, 255)

        Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu, ”Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Alqur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (Surat Al-Isra’, 60)

        Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba. Dia (Allah) benar-benar telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (Surat Maryam, 93-94)

        Dan (kemenangan-kemenangan) atas negeri-negeri lain yang tidak dapat kamu perkirakan, tetapi sesungguhnya Allah telah menentukannya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surat Al- Fath, 21)
        Padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos). (Surat Al-Buruj, 20)

        Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.  (Surat Qaf, 16)

        Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan. (Surat Ali ‘Imran, 120)

        Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan. (Surat An-Nisa’, 108)

        Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan (pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu. (Surat An-Nisa’, 126)

        Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan. (Surat Al-Anfal, 47)

        Dia (Syu’aib) menjawab, “Wahai kaumku! Apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, bahkan Dia kamu tempatkan di belakangmu (diabaikan)? Ketahuilah (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan”. (Surat Hud, 92)

        Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (Surat Fussilat, 54)

        PENDAPAT  TUAN ADNAN OKTAR MENGENAI TAKDIR, KETETAPAN, DAN FAKTA BAHWA ALLAH ADA DI MANA-MANA.
        Adnan Oktar : Subyek yang sangat difokuskan sebagian besar orang adalah keberadaan Allah, kematian, apa yang akan terjadi setelah hari kiamat, dan takdir. Dengan kata lain, tak peduli seberapa sering mereka mencoba untuk tidak mengakuinya, mereka selalu memikirkannya. Karena setiap malam, ada sebuah film di TV tentang seseorang yang meninggal. Bahkan jika seseorang melihat seekor serangga mati, hal itu akan mengingatkannya kepada kematian, dan saat seseorang itu berpikir tentang dirinya, hal itu mengingatkannya lagi kepada kematian.

        Orang merasa sangat terganggu saat membicarakan takdir. Masih ada perdebatan sengit, bahkan setelah saya membahasnya cukup lama, mereka masih saja belum menerimanya. Mereka mengatakan bahwa Allah telah menetapkan takdir, tentu saja. Ada takdir, tetapi juga ada kebebasan memilih, kata mereka, dengan kata lain ada sedikit kekuatan kecil pada kita – na’udzubillah min dzalik – yang tidak dapat Allah kontrol, yang menjadi hak kita. 

        Dengan kata lain, Allah tidak mengetahui apa yang akan kita lakukan, atau Allah tahu, tapi hanya samar-samar (na’udzubillah min dzalik). Dan saat kita melakukan sesuatu Allah menunjukkan kita dua jalan, tapi tidak tahu jalan mana yang kita pilih. Kita memilih jalan itu, na’udzubillah min dzalik, dengan keinginan kita sendiri. Dan menjadi sebuah informasi kejutan, semoga Allah melarangnya, untuk Allah. Maksudnya menjadi sesuatu yang Allah ketahui untuk pertama kalinya, dan walaupun Allah menguji kita, dan Allah akan mengerti (na’udzubillah min dzalik). Hal itu sama sekali tidak ada. Baik takdir dan sebagian keinginan bebas diciptakan oleh Allah.   

        Hanya ada satu momen. Apa arti satu momen di dalam masa? Artinya waktu yang sangat singkat. Yang kita sebut ”instan” adalah masa yang sangat singkat. Allah telah mencipta dan menyelesaikan yang tak terhingga sebelum dan sesudah dalam masa yang sangat singkat itu. Tidak ada yang harus diselesaikan. Tidak ada yang bisa dilakukan seseorang pun. Jadi bagaimana kebebasan memilih Anda itu bukan bagian dari takdir? Oleh karena itu, orang yang egois yang melihat dirinya sendiri – na’udzubillah min dzalik – sebagai seorang yang hebat, tidak dapat mengerti hal ini. Fakta bahwa Allah telah menetapkan takdir dan juga kebebasan memilih akan mengganggu pikiran mereka untuk beberapa alasan. Hal kedua yang mengganggu mereka adalah fakta bahwa Allah ada di mana-mana. Mereka menginginkan Allah ada di langit, hanya di satu tempat tertentu di langit. Bukan di semua tempat di langit, hanya di satu tempat saja.

        Seseorang baru saja menyatakan bahwa jika Allah ada di kamar kita, dan di tubuh kita, maka kita adalah Allah, na’udzubillah min dzalik! Kita menyembah esensi Allah. Menjadi perwujudan Allah adalah satu hal, dan menjadi esensi Allah adalah hal lainnya, bukan begitu? Kita menyembah esensi Allah. Tentu saja kita perwujudan Allah dan Allah ada di mana-mana. Allah juga ada di tubuh kita. Sebagian orang tidak ingin Allah ada di dalam tubuh mereka. Dan karena itu mereka juga tidak menginginkan-Nya di dalam kamar mereka. Di mana mereka menginginkan-Nya? Jauh di atas langit. Mereka menginginkan-Nya berada di sana, begitu jauh, na’udzubillah min dzalik!

        Kenapa mereka harus mengatakannya seperti itu, kenapa mereka mempercayainya, saya benar-benar tidak mengerti. Artinya, jika mereka ditanya apakah Allah ada di sini, mereka akan mengatakan tidak. Di mana Allah? Di langit, tapi Allah tidak ada di sini, kata mereka. Oleh karena itu, mereka akan mengatakan Allah tidak ada di Bumi (na’udzubillah min dzalik) bukan? Mereka akan mengatakan Allah ada di langit dan Dia tidak ada di sini. Mereka mengatakan bahwa hanya pengetahuan-Nya yang dapat sampai kepada kita, tapi bukan diri-Nya. Mereka mengatakan : “kami adalah makhluk yang seutuhnya, Allah hanyalah bayangan.”

        Saya terbiasa mendengar kalimat itu saat saya masih kecil. Buktikan bahwa Allah ada, kata mereka. Lalu mereka akan mengatakan, “Bisakah kau tunjukkan gambar di televisi atau suara di radio, atau pikiranmu sendiri? Bisakah kau tunjukkan isi dari pikiranmu?” Mereka katakan itu karena kau tidak bisa memperlihatkan isi pikiranmu, kau juga tidak bisa memperlihatkan Allah, dan itu penjelasan mereka. Benar bahwa Allah tidak  bisa dilihat atau disentuh, dan bukan sebuah obyek. Allah bukanlah makhluk dengan ruang dan waktu. Allah berada di luar ruang dan waktu. Tapi tujuan yang sebenarnya dari orang-orang ini sangat berbeda. Misalnya mereka mengatakan ada seorang anak perempuan dan Rasulullah datang. Rasulullah bertanya, ”di mana Allah?” Anak perempuan itu menjawab, ”Allah ada di langit.” “Kau benar,” kata Rasulullah. Mereka menjadikannya bukti dan percaya bahwa Allah ada di langit. Baiklah, Allah ada di langit. Saat anak perempuan ini menunjuk ke atas, dia menunjuk ke langit dan dia berada di Arab. Seseorang yang berada di Kutub Utara atau di Kutub Selatan juga mengangkat tangannya ke langit dan berdoa kepada Allah. Seseorang di ekuator mengangkat tangannya. Seluruh orang di bumi, mengangkat tangan mereka ke atas. Mahkluk lainnya di Merkurius atau Uranus dan sistem planet lainnya juga berdoa ke arah atas. Dengan begitu, berarti meliputi ruang angkasa yang kosong, bukan?

        Misalnya, seseorang berada di Merkurius, Bumi juga ada di langit, dan saat seseorang itu mengangkat tangannya, dia mengangkat tangannya ke arah Bumi. Dan saat seseorang di Bumi mengangkat tangannya ke langit, dia akan mengangkat tangannya ke arah planet lain. Untuk itu, wilayahnya meliputi 360 derajat. Mereka telah gagal melihatnya. Seperti yang pernah dikatakan bahwa, mereka tiba-tiba berhenti berkomentar dan kepercayaan yang aneh itu tidak pernah diperdebatkan lagi. Tapi orang-orang seperti itu akan selalu ada dari waktu ke waktu dan tetap mengatakan hal itu. Akan ada orang-orang yang mengatakan adanya kebebasan memilih. Baiklah, kebebasan memilih akan ada, tapi di dalam takdir. Kebebasan itu ada di dalam takdir yang telah diciptakan Allah. Kebebasan itu diciptakan di dalam takdir. Kau memilih, kau membuat pilihanmu sendiri, tapi kebebasan itu ada di dalam takdirmu sendiri. Untuk itu, na’udzubillah min dzalik, kau tidak memiliki cara  untuk mengejutkan Allah. Dengan kata lain, kau tidak bisa melakukan apa pun tanpa sepengetahuan Allah.
        Lakukanlah yang sudah ada sebelumnya, yang telah terjadi sebelumnya, itu saja.

        Related Posts: