Moh. Ma’ruf Khozin[1]
Bagi sebagian kalangan yang mengaku
bermanhaj ahli hadis berdoa di makam Nabi, wali, ulama dan orang sholeh
adalah
bid’ah yang terlarang. Namun pengakuan ini justru bertolak belakang
dengan
realita pendapat dan amaliyah ahli hadis yang justru sering melakukan
doa saat
ziarah. Jika mereka secara lantang menuduh Nahdliyin sebagai ‘Quburiyun’
dan
bahkan tuduhan ‘Ubbadul Qubur (penyembah kubur), maka mereka sebenarnya
menyematkan tuduhan itu kepada para ahli hadis!! Ini beberapa kecil
fakta yang
diamalkan para ahli hadis:
قُلْتُ:
وَالدُّعَاءُ مُسْتَجَابٌ عِنْدَ قُبُوْرِ اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلاَوْلِيَاءِ
وَفِي سَائِرِ
الْبِقَاعِ، لَكِنْ سَبَبُ اْلاِجَابَةِ حُضُوْرُ الدَّاعِي وَخُشُوْعُهُ
وَابْتِهَالُهُ،
وَبِلاَ رَيْبٍ فِي اْلبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ وَفِي الْمَسْجِدِ وَفِي
السَّحَرِ
وَنَحْوِ ذَلِكَ يَتَحَصَّلُ ذَلِكَ لِلدَّاعِي كَثِيْرًا وَكُلُّ
مُضْطَرٍّ فَدُعَاؤُهُ
مُجَابٌ (سير أعلام
النبلاء للذهبي - ج 17
/ ص 77)
“Saya (adz-Dzahabi) berkata:
Doa akan dikabulkan di dekat makam para Nabi dan wali, juga di beberapa
tempat.
Namun penyebab terkabulnya doa adalah konsentrasi orang yang berdoa dan
kekhusyukannya. Dan tidak diragukan lagi di tempat-tempat yang
diberkati, di
masjid, saat sahur dan sebagainya. Doa akan lebih banyak didapat oleh
pelakunya. Dan setiap orang yang sangat membutuhkan doanya akan
terkabul” (al-Hafidz
adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’ 17/77)
-
Makam Ali bin Musa
“Makam Ali bin Musa di Sanabadz
sebelah luar Nauqan sudah masyhur dan diziarahi di dekat makam
ar-Rasyid. Saya
sudah sering ziarah berkali-kali. Saya tidak mengalami kesulitan ketika
saya
berada di Thus kemudian saya berziarah ke makam Ali bin Musa, semoga
Salawat
dari Allah dihaturkan kepada kakeknya (Nabi Muhammad) dan saya berdoa
kepada
Allah untuk menghilangkan kesulitan tersebut, kecuali dikabulkan untuk
saya dan
kesulitan itu pun lenyap dari saya. Ini saya alami berkali-kali, dan
saya
temukan seperti itu.” (Ahli Hadis Ibnu Hibban dalam ats-Tsiqat
8/457)
-
Makam Bakkar bin Qutaibah
وَدُفِنَ
بَكَّارُ بْنُ قُتَيْبَةَ بِطَرِيْقِ الْقَرَافَةِ، وَالدُّعَاءُ عِنْدَ
قَبْرِهِ مُسْتَجَابٌ
(رفع الإصر عن قضاة مصر لابن حجر – ج 1 /
ص 43 سير
أعلام النبلاء للذهبي - ج 12 /
ص 603)
“Bakkar
bin
Qutaibah dimakamkan di jalan Qarafah. Berdoa didekat makamnya adalah
mustajab” (al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Raf’ al-Ishri ‘an Qudlat
Mishr
1/43 dan al-Hafidz adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’
12/603)
-
Makam Zubair bin Awwam
كُشِفَ
أَهْلُ الْبَصْرَةِ عَنْ قَبْرٍ عَتِيْقٍ فَإِذَا هُمْ بِمَيِّتٍ طُرِيَ
عَلَيْهِ ثِيَابُهُ
وَسَيْفُهُ فَطَنُّوْهُ الزُّبَيْرَ بْنَ الْعَوَّامِ فَأَخْرَجُوْهُ
وَكَفَّنُوْهُ
وَدَفَنُوْهُ وَاتَّخَذُوْا عِنْدَ قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَوُقِفَ عَلَيْهِ
أَوْقَافٌ
كَثِيْرَةٌ وَجُعِلَ عِنْدَهُ خُدَّامٌ وَقَوَّامٌ وَفُرُشٌ وَتَنْوِيْرٌ (البداية
والنهاية - ج 11 /
ص 319)
“Telah terbuka sebuah kuburan tua bagi
penduduk Bashrah, ternyata mereka menemukan janazah yang baru dengan
kain dan
pedangnya. Mereka mnyengkanya Zubair bin Awwam. Maka mereka
mengeluarkannya,
mengkafaninya dan memakamkannya, dan menjadikan masjid di dekatnya.
Mereka juga
mewakafkan banyak benda wakaf dan mereka menjadikan pelayan, penjaga,
alas dan
lampu di dekatnya” (al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa
an-Nihayah
11/319)
-
Makam Ahmad bin Muhammad
an-Nahawandi
أَحْمَدُ
بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ مُزْدِئَن أَبُوْ عَلِيّ اْلقَوْمَسَانِي
النَّهَاوَنْدِي
الزَّاهِدُ. قَالَ شَيْرَوَيْهِ فِي الطَّبَقَاتِ كَانَ صَدُوْقاً ثِقَةً
شَيْخَ الصُّوْفِيَّةِ
وَكَانَ لَهُ آيَاتٌ وَكَرَامَاتٌ ظَاهِرَةٌ، وَقَبْرُهُ بِأَنْبَطَ
يُزَارُ وَيُقْصَدُ
مِنَ اْلبُلْدَانِ (تاريخ الإسلام للذهبي
- ج 6 /
ص 334)
“Ahmad bin Muhammad an-Nahawandi, yang
zahid. Syairawaih berkata dalm ath-Thabaqat: Ia sangat jujur dan
terpercaya,
gurunya kaum shufi. Ia memiliki tanda-tanda dan karamah yang nyata.
Makamnya di
Anbat diziarahi dan dikunjungi dari berbagai negeri” (al-Hafidz
adz-Dzahabi
dalam Tarikh al-Islam 6/334)
0 Response to "Berdoa Di Makam Ulama"
Posting Komentar